20 June 2009

DEMAM TYPHOID

Salah satu jenis penyakit yang merupakan endemis (selalu ada dalam komunitas setiap saat) di negara berkembang termasuk Indonesia adalah demam typhoid atau typhus abdominalis. Demam tyhphoid tersebar luas di dunia dan menyerang semua golongan umur, mudah menular dan dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Penyakit ini selalu ada di Indonesia berhubungan dengan cepatnya pertumbuhan penduduk, meningkatnya urbanisasi, kebutuhan air bersih yang kurang mencukupi, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih terbatas.

Demam thiypoid adalah penyakit infeksi sistemik akut dengan gejala demam, gangguan pada saluran pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella paratyiphi, penularannya melalui makanan atau minuman. Kuman Salmonella paratyiphi masuk ke tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar oleh bakteri Salmonella paratyiphi dari penderita carrier (pembawa penyakit) yang diekskresikan/dikeluarkan lewat tinja dan air kencing. Masa inkubasi (masuknya kuman sampai tumbuh gejala) kuman ini 3 sampai 21 hari, hal ini sangat bervariasi tergantung dari keganasan/virulensi kuman tersebut dan status pertahanan tubuh manusia. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung, sebagian lagi masuk usus halus dan mencapai jaringan limfoid (getah bening) di plaque peyeri di ileum terminalis (pertemuan usus dua belas jari dengan usus besar). Kuman Salmonella paratyiphi kemudian masuk aliran darah melalui duktus thoracicus. Kuman-kuman Salmonella paratyiphi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella paratyiphi bersarang di plaque peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain dari sistem retikuloendotelial. Salmonella paratyiphi akan mengeluarkan endotoksin, yang akan merangsang dikeluarkannya zat-zat radang. Zat-zat radang inilah yang akan berpengaruh secara sistematik, penderita akan mengalami demam, gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare atau obstipasi (sulit buang air besar). Orang yang terinfeksi Salmonella paratyiphi akan mengekskresikan kuman dalam tinja dan urin dalam jangka waktu tertentu. Dikatakan karier jika lebih dari 1 tahun masih mengekskresikan kuman dan ini terjadi sekitar 3 %. Karena normalnya sekitar 3 bulan pasien berhenti mengekskresikan kuman dalam tinja dan urin. Orang yang mengekskresikan lewat tinja lebih banyak dan lebih banyak dan lebih berperan pada penularan daripada orang yang mengekskresikan lewat urin.
Dari anamnese dan pemeriksaan fisik, adanya demam selama 7 hari atau lebih disertai gejala-gejala gangguan pada saluran pencernaan dapat dicurigai sebagai demam typhoid. Diagnosis demam typhoid dibagi menjadi 3 kategori:
1. Tersangka demam typhoid adalah penderita yang datang rawat jalan dengan hasil anamnese (wawancara) terdapat gejala demam, dan gangguan pada saluran pencernaan.
2. Demam typhoid klinik adalah penderita dengan sindroma sebagai berikut: demam (demam hampir selalu menjadi keluhan utama bagi 99% pasien. Sifat dan ciri demam yang naik turun, terus menerus, demam 7 hari atau lebih dan kebanyakan disertai nyeri otot, pegal, tidak nafsu makan, dan lemas), sakit kepala atau pusing terutama di regio frontal, keluhan perut (keluhan perut yang sering adalah mual, nyeri ulu hati, konstipasi (susah buang air besar) dan meteorisme, diare, mulas, dan muntah), gangguan atau penurunan kesadaran (seperti apatis, somnolens, kesadaran berkabut, delirium (mengigau), prekoma, gejala psikosis (gangguan jiwa) dan koma, bradikardi relatif (frekuensi nadi tidak meningkat sinkron dengan peningkatan suhu tubuh), hepatomegali (pembesaran hati), splenomegali (pembesaran limpa).
3. Demam typoid konfirmasi laboratorium. Menegakkan diagnosa pasti demam typoid adalah dengan pemeriksaan laboratorium, menemukan baksil Salmonella dari spesimen klinik seperti darah dan sumsum tulang. Pemeriksaan lain yang dapat dipakai adalah pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi. Konfirmasi laboratorium yang lebih murah dan sering dilakukan adalah : pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan serologi Widal.

Penderita yang dirawat dengan diagnosa dicurigai menderita demam typhoid atau tersangka demam typhoid harus diperlakukan langsung sebagai penderita demam typhoid dan diberikan pengobatan. Mengingat pada demam typhoid terjadi bakterimia, maka dasar pengobatan adalah pemberian antibiotika. Sampai saat ini pilihan utama untuk terapi demam typhoid adalah kloramphenikol. Jika kloramphenikol tidak bisa diberikan karena alergi atau kontra indikasi maka bisa diberikan antibiotik lain seperti amoksisilin, ampisilin, kontrimoksasol, dan siprofloksasin.
Demam typhoid bila tidak diberi pengobatan yang cukup atau adekuat akan menyebabkan komplikasi baik saluran pencernaan berupa pendarahan usus,perforasi (jebolnya usus), ileus pireletik, maupun yang bukan pencernaan seperti gangguan di jantung, sepsis darah, paru, hati dan saluran empedu, ginjal dan tulang.
Usaha pencegahan untuk penderita dan keluarganya; memperabaiki kualitas makana, menggunakn air bersi yang cukup, mencuci tangn dengan sabun, menggunakan jamban dengan benar, membuang kotoran dengan benar, imunisasi, menemukan dan mengawasi pembawa penyakit (karier) demam typhoid. Usaha pencegahan di masyarakat; penyehatan makanan dan minuman, penyehatan sumber air bersih, penanganan sampah dan limbah rumah tangga secara efektif dan baik, pengendalian penyebar penyakit, misal lalat, kecoa, dan lain-lain, serta penyuluhan kesehatan lingkungan. (dr. Sunardi).


0 comments:

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com