20 June 2009

MENCARI JEJAK RASULULLAH DI SEKOLAH

"Sungguh benar-benar ada pada Rasulullah ketauladanan yang baik bagi yang mengharapkan Allah dan hari akhir serta bagi yang banyak mengingat Allah" (Q.S al-Ahzab : 21)

Siang itu betul-betul berkeringat Rasulullah, tampak oleh para sahabat kesungguhan dalam kerja Rasullullah, menggali, mengangkut pasir dan batu untuk membuat parit pertahan sekitar Madinah. Kerja ini memang melelahkan karena ukuran lebar 8 m dan kedalam 4 m cukup besar untuk ukuran parit. Tapi tidak ada pilihan melihat koalisi Quraisy, suku Ghotafan, yahudi dan suku-suku lainnya sangat berambisi untuk menghabisi kaum muslimin. Kiprah Rasulullah seperti di atas mengundang pujian Rabbul 'alamin. Sekaligus menandai tingkat kesulitan mengikut ketauladanan Rasulullah. Melihat dari ayat yang di atas menunjukkan bahwa hanya bagi yang berharap pertemuan dan pahala Allah, kemudian balasan baik di akherat dan banyaknya mengingat Allah saja ketauladanan dapat diikuti

Akhir perjalanan segera berganti dengan awal tahun ajaran baru. Terjadi kesibukan yang luar biasa bagi orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang sesuai dengan pilihan. Tahulah bapak ibu, bahwa memilihkan sekolah bagi putra-putri berarti memilihkan di media tanam seperti apa nantinya akan tumbuh? Sadarkah bahwa peran me-yahudikan, menasranikan, memajusikan juga tentunya mengislamkan adalah ikhtiar orang tua? Dari yang sebelumnya fitrah dalam keislamannya. Maka karena memilih harus lebih hati-hati, kalau tidak, hanya akan menelan penyesalan di akhir nanti.

Faham tujuan
Apa tujuan kita hidup di muka bumi ini? Dan apa tujuan yang kita arahkan untuk keluarga dan anak-anak kita? Kalau tujuannya agar anak kita cepat dapat pekerjaan, cepat menghasilkan uang yang membantu perekonomian keluarga, maka di kejuruan adalah yang cocok mengantarkan pada tujuan. Kalau nantinya menguasai ilmu dunia, melanjutkan di jenjang kuliah, dan mendapat pekerjaan yang layak atau setidak-tidaknya menjadi pegawai, maka di sekolah menengah umum (SMU). Tapi kalau tujuannya agar anaknya sholeh maka pilihannya adalah pesantren, walaupun tidak mesti ketinggalan dengan sekolahan pada umumnya. Atau bisa menjadi pilihan, sekolah-sekolah umum yang dikenal punya kegiatan ROHIS kuat, sehingga kesholehan yang menjadi tujuan mendapatkan kendaraan yang mengantarkannya. Ketika tujuannya sholeh tapi disemai di tempat yang tidak mendidik anak menjadi sholeh berarti salah jalan. Atau tujuannya dapat pekerjaan tapi disemai di tempat yang tidak mendidik pekerjaan. Memahami tujuan akan memandu seseorang tidak salah jalan atau setidaknya tidak terlalu lama diombang-ambingkan dalam kebingungan. Dan sudahkah para orang tua memahami kemana tujuan pendidikan anak-anaknya akan diarahkan? Jika pendidikan ini dikembalikan tujuannya kepada pendidikan Rasullah, maka tujuan itu selaras dengan penciptaan manusia di muka bumi ini, yaitu ibadah. Karena manusia diprogram dalam kehidupan ini untuk merealisasikan ibadah dalam segala sisi dari kehidupan, maka sekecil apapun aktifitasnya juga akan menuju kepada tujuan besar, sebab cukup menyita waktu, tenaga, dan dana.

Mengetahui Karakter dan Tabi'at
Ketika tujuan sudah ditetapkan, untuk sampai kepadanya haruslah mengenal betul tabi'at jalan yang akan mengantarkan. Seringnya orang putus di tengah jalan karena kehabisan bekal yang dibutuhkan, sementara masih tersisa jauhnya perjalanan. Atau terkejutnya dia terhadap dahsyatnya rintangan dan tantangan di jalan yang dilaluinya. Kesemuanya lebih disebabkan tidak mengenal jalan yang akan ditempuhnya. Jalan adalah sunnah, sehingga ketika berazzam mengikuti sunnah, berarti berazzam mengikuti jalan yang pernah dilalui oleh para sahabat, dan diikuti oleh kafilah-kafilah selanjutnya. Karena mengikuti di belakang Rasulullah dalam rentang waktu yang terpisahkan cukup lama, dibutuhkan keahlian mengenali jejak yang ditinggalkan. Diharapkan dengan jejak-jejak yang ditemukan, menyampaikan dan mempertemukan kepada Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam.
Dari sini kaki kita berpijak, untuk meneropong seluruh bentuk sekolahan, kemudian meneliti dan menganalisa, sejauh mana jejak Rasulullah ditemukan di sekolah-sekolah yang ditawarkan. Kalau sekolah mengajarkan untuk mentauhidkan Allah, mengenalkan dan memahamkan tentangnya serta mengenalkan tentang syirik yang menjadi lawannya, berarti kita temukan jejak Rasulullah sebagaimana dulu beliau mengajarkan kepada para sahabat akan hal yang sangat penting ini. Perhatikan bagaimana Rasulullah mengajarkan dan mendidik kepada salah satu muridnya. "Dari sahabat Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata, "Aku membonceng Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam di atas seekor keledai. Beliau bertanya kepadaku, "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas hamba-hambaNya dan apa hak hamba-hambaNya atas Allah? Aku menjawab, 'Allah dan rasul-Nya yang lebih mengetahuinya'. Maka Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Hak Allah atas hamba-Nya adalah hendaklah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya. Adapaun hak hamba atas Allah adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab siapa saja yang tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya". Maka aku bertanya, 'wahai Rasulullah, bolehkah aku beritahukan kabar gembira ini kepada orang-orang? Rasulullah berkata, "Jangan kamu beritahu sehingga mereka hanya berserah diri tanpa berusaha (HR. Bukhori Muslim)
Dan bila sekolah membina anak didiknya di samping dalam ketrampilan hidup dunianya juga ibadahnya dan membiasakan sunnah dalam kehidupannya berarti kita juga temukan jejak tarbiyah Rasulullah di dalamnya. Karena ibadah materi pokok kurikulum yang diajarkan Rasulullah kepada murid-muridnya. Sudahkah sholat jama'ah menjadi prioritas sekolah yang ditegakkan selama peserta didik masih dalam wilayah jam pembelajaran? Atau justru perkara yang ditinggalkan secara berjama'ah?
Perhatikanlah Rasulullah, begitu getolnya mendidik dan membina murid-muridnya dalam sholat, sehingga beliau ingin membakar rumah-rumah yang saat ditegakkannya sholat berjama'ah ditemukan di rumah-rumah tadi para lelaki yang tidak melaksanakan kewajiban menegakkan sholat berjama'ah di masjid sebagaimana yang dicontohkan. Masihkah ada sekolah yang menjadikan sholat berjama'ah menjadi bagian kurikulumnya?
Dan bila sekolah juga mengajarkan bagaimana berakhlakul karimah, seperti jejak-jejak itu menghias di setiap jalan tarbiyah yang diajarkan Rasulullah,

خياركم أحاسنكم أخلاقاً
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya".
Maka masih kita temukan jejak Rasulullah di dalamnya yang memungkinkan untuk mengikutinya. Jika hasil pengamatan kita ternyata banyak sekolah-sekolah yang nyaris tidak ditemukan lagi jejak Rasulullah, kenapa kita paksakan anak-anak kita di sana? Sementara setiap selesai sholat masih kita do'akan semoga menjadi sholeh. Ya, berdo'anya baik, bagian dari tawakkal kita kepada Allah, tapi bila ternyata yang kita tawakkali berada di tempat yang salah, dan sadar kita yang menempatkannya, bukanlah sama halnya kita menyesatkannya, atau perbuatan nekat yang mengundang para pencuri untuk mencuri hati, prilaku, akhlak dan masa depan anak kita untuk jauh dari Rasulullah? Sebelum sesal mengganjal akhir kehidupan selayaknya kita waspada menentukan pilihan.

Mempersiapkan bekal
Perjalanan jauh yang akan ditempuh tanpa diminta, bila kita menyadarinya akan mempersiapkan bekal ruh agar teguh, tubuh agar tangguh, kaki yang kuat agar tidak melepuh, dan juga bekal harta yang sungguh-sungguh. Maknanya, setiap misi dan keinginan membutuhkan modal untuk bekal, agar hasil yang dicapai bisa optimal.
Bekal ilmu adalah investasi berharga yang harus dimiliki sebelum menginvestasikan apa saja, termasuk anak-anak kita agar menjadi investasi amal yang handal.
Pastikan ilmu menggenangi hati, agar tertampak mana yang manfaat dan mana yang bukan manfaat. Ibarat air yang menggenangi cekungan tanah, akan membuat mengambang sampah dan membuat mengendap yang bermanfaat bagi tanah. Bekal harta tak kalah pentingnya, karena terkadang tujuan yang mulia harus dibeli dengan harga yang pantas untuknya. Seperti harga jannah, puncak kemuliaan, harga yang Allah tawarkan juga mahal dan tidak setiap orang bisa membeli secara asal. Kamu tidak akan mampu membelinya kecuali dengan mengikuti jejak para pendahulu sebelumnya (salafus sholeh), menemui, merasakan dan membuktikan seperti yang pernah mereka lakukan.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu?"
(al-Baqoroh : 214)

Harus Ada Kesungguhan
Hampir selalu kesuksesan, keberhasilan bersanding dengan kesungguhan. Baik kesungguhan dalam menempuhnya, kesungguhan dalam menjalaninya dan kesungguhan dalam mempertahankannya. Al-Hafidz Abdil Bisyr menceritakan bahwa Masruq pernah mengadakan rihlah demi untuk satu huruf begitu pula al-Hasan al-Bashri. Ibnu Qosim mengatakan tentang al-Imam Malik, "Imam Malik telah merelakan demi mencari ilmu melepaskan atas rumahnya dan dijual kayunya (untuk biaya)".
Berkata al-Hafidz Ibnu Katsir, "Imam Bukhori pernah bangun pada suatu malam dalam tidurnya kemudian menyalakan lampu, menulis manfaat yang terlintas padanya, kemudian memadamkan lampu, kemudian bangun lagi dan lagi sampai terulang hal itu tak kurang dari dua puluh kali" (al-Bidayah wan Nihayah 11/5).
Kalau tujuan sudah jelas, tabi'at jalan sudah kita kenali, bekal yang dibutuhkan sudah dimiliki, tinggal kesungguhan yang menyertai. Pahami tujuan dalam menyekolahkan anak, kenali sekolah mana yang akan mengantarkan pada tujuan, mencari bekal yang dibutuhkan dan jangan main-main soal memilih agar tidak salah memanen hasil di kemudian. Jika tidak ada sekolah yang mentarbiyah seperti tarbiyah Rasulullah, tanggung jawab tarbiyah sepenuhnya berpulang ke orang tua untuk menanggungnya. Namun bila ada yang meringankan beban tanggung jawab itu kenapa orang tua tidak mau berbagi dengannya. Yang sama persis dengan tarbiyah Rasulullah hampir tidak ada, karena banyaknya kekurangan manusia. Tapi yang mendekati jelas ada, pondok-pondok pesantren menjelma menjadi pengganti peran suffah yang pernah dibangun Rasulullah untuk menampung 400 lebih sahabat yang berkonsentrasi penuh pada belajar di sisi Rasulullah di samping sahabat lain yang di sekitarnya. Sekiranya Islam di Indonesia harus berlindung di benteng-benteng atas serangan musuh-musuhnya, benteng terakhir itu adalah pondok pesantren. Mati dan hilangnya sistem tarbiyah ini, akan menghancurkan fatal bangunan Islam, karena di dalamnya kader da'i dan orang-orang sholeh dilahirkan. Kaum muslimin punya pilihan yang menentukan, menjayakan sekolah-sekolah yang tidak mengajarkan tarbiyah Rasulullah, dengan dukungan anak-anaknya yang dikader di dalamnya. Dan biarkan Islam pudar bahkan mati maknawiyahnya, tersisa hanya identitasnya, atau menjayakan Islam dengan dukungan putra-putrinya di pondok-pondok pesantren, semoga Islam dengannya menjadi subur dan mengakar di bumi yang kita cintai ini. (Umar Faqihuddin)


1 comments:

galiabacak said...

PokerStars Casino | The official site of the PokerStars
PokerStars 부천 출장안마 Casino offers a wide 제주도 출장마사지 variety 서울특별 출장샵 of games for online poker and sports wagering. Our 전주 출장마사지 poker rooms cater for all types of players, 양산 출장안마 regardless of

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com