20 June 2009

RASULULLAH SEBAGAI LIVING MODEL

Salah satu faktor penting kejayaan pendidikan Rasulullah shollahu 'alaihi wasallam adalah karena beliau menjadikan dirinya sebagai model dan teladan bagi umatnya. Rasulullah shollahu 'alaihi wasallam adalah al-Qur'an yang hidup (the living Qur'an). Artinya, pada diri Rasulullah tercermin semua ajaran al-Qur'an dalam bentuk nyata. Beliau adalah pelaksana pertama semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan-Nya. Oleh karena itu, para sahabat dimudahkan dalam mengamalkan ajaran Islam yaitu dengan meniru perilaku Rasulullah shollahu 'alaihi wasallam.
Sekolah atau sistem pendidikan Rasulullah belum mengeluarkan pengakuan kelulusan melalui gelar atau ijazah. Nilai tertinggi murid-murid Rasulullah terletak pada tingkat ketakwaan. Ukuran takwa terletak pada akhlak dan amal sholih yang dilakukan oleh masing-masing sahabat. Dengan demikian, output sistem pendidikan Rasulullah adalah orang yang langsung beramal, berbuat dengan ilmu yang didapat karena Allah bukan karena yang lain.


Dengan sistem pendidikan yang demikian dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para sahabat maka lahirlah generasi yang dikenal sebagai salafussholih yang disebut-sebut sebagai generasi Islam terbaik.

Lembaga-lembaga Pendidikan di Masa Rasulullah SAW
Pada masa Rasulullah dan awal Islam terdapat beberapa lembaga yang menjadi sentra pendidikan. Tentu saja, lembaga-lembaga ini belum seperti lembaga-lembaga pendidikan formal atau seperti lembaga-lembaga pendidikan di Yunani. Namun, lembaga-lembaga ini telah turut serta dalam memajukan pendidikan masyarakat muslim pada waktu itu. Lembaga-lembaga itu antara lain sebagaimana berikut.

a. Dar al-Arqom
Rumah merupakan tempat pendidikan awal yang diperkenalkan ketika Islam mula berkembang di Mekah. Rasulullah menggunakan rumah Arqom bin Abi al-Arqom di al-Safa sebagai tempat pertemuan dan pengajaran dengan para sahabat. Bilangan kaum muslimin yang hadir pada masa awal Islam ini masih sangat kecil, tetapi makin bertambah sehingga menjadi 38 orang yang terdiri daripada golongan bangsawan Quraisy, pedagang dan hamba sahaya.
Di Dar al-Arqom, Rasulullah mengajar wahyu yang telah diterimanya kepada kaum muslim. Beliau juga membimbing mereka menghafal, menghayati dan mengamalkan ayat-ayat suci yang diturunkan kepadanya.

b. Masjid
Fungsi masjid selain tempat ibadah ialah sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam. Masjid juga menjadi tempat menyelesaikan masalah individu dan masyarakat, tempat menerima duta-duta asing, tempat pertemuan pemimpin- pemimpin Islam, tempat bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam.
Setelah hijrah ke Madinah, pendidikan kaum muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba' merupakan masjid yang pertama dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Rasulullah mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqoh di mana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya-jawab berkaitan dengan urusan agama dan kehidupan sehari-hari.
Semakin luas wilayah-wilayah yang ditaklukan Islam, semakin meningkat bilangan masjid yang didirikan. Di antara masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan pengetahuan ialah Masjid Nabawi, Masjidil Haram, Masjid Kufah, Masjid Basrah dan banyak lagi.

c. Suffah
Al-Suffah merupakan ruang atau bangunan yang bersambung dengan masjid. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah sekolah karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur dan sistematik. Contohnya Masjid Nabawi yang mempunyai suffah yang digunakan untuk majlis ilmu. Lembaga ini juga menjadi semacam asrama bagi para sahabat yang tidak atau belum mempunyai tempat tinggal permanen. Mereka yang tinggal di suffah ini disebut Ahlus Suffah.

d. Kuttab
Kuttab didirikan oleh bangsa Arab sebelum kedatangan Islam dan bertujuan memberi pendidikan kepada anak-anak. Namun demikian, lembaga pendidikan tersebut tidak mendapat perhatian dari masyarakat Arab, terbukti karena sebelum kedatangan Islam, hanya 17 orang Quraisy yang tahu membaca dan menulis. Mengajar keterampilan membaca dan menulis dilakukan oleh guru-guru yang mengajar secara sukarela. Rasulullah juga pernah memerintahkan tawanan Perang Badar yang mampu baca-tulis untuk mengajar 10 orang anak-anak muslim sebagai syarat membebaskan diri dari tawanan.

(Dikutip dari buku Muhammad The Super Leader, Super Manager. Dr. Muhammad Syafi'i Antonio, M.Ec)


0 comments:

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com