20 June 2009

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

Definisi Pendidikan Islam
Pendidikan Islam atau al-Tarbiyah al-Islamiyah dalam perspektif agama Islam mempunyai 3 definisi atau sudut pandang yang saling berkait satu sama lain. Ketiga definisi adalah definisi secara bahasa/etimologi, definisi qur'aniy dan definisi secara istilah/terminology :
a. Secara Etimologi
Kata al-Tarbiyah mencakup beberapa istilah yang bersifat kebahasaan, istilah-istilah tersebut menunjukkan adanya konsekuensi untuk mengaplikasikan kegiatan tertentu bagi tiap istilah yang berkaitan dengan tarbiyah/pendidikan. Istilah-istilah kebahasaan yang mengandung arti tarbiyah yaitu;



1. Al-ishlah, yang berarti mengatur sesuatu sehingga menjadi semakin membaik.
2. Al-Nama' wa al-Ziyadah, yaitu berkembang dan bertambah sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Hajj ayat 5 yang artinya:
3. "Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah".
4. Nasya'a wa Tara'ra'a, yaitu tumbuh berkembang.
5. Ta'lim, yaitu mengajarkan kepada yang lainnya.
Beberapa pengertian bahasa di atas bila disimpulkan maka tarbiyah itu berkutat seputar perbaikan, menjalankan pendidikan, menjaga dan mengembangkannya.
b. Menurut Qur'an
Qur'an adalah kitab suci yang banyak sekali menganjurkan manusia untuk senantiasa maju dan berkembang. Pada wahyu yang diturunkan dari Qur'an berisi ajakan kepadanya untuk senantiasa membaca. Membaca apa saja, membaca dengan nama Allah. Allah berfirman dalam surat al-'Alaq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (1) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (2) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (3) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (4) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
"Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan tuhanmu muliakanlah. Dialah yang menajarkan manusia qolam. Dialah yang mengajari manusia apa-apa yang tidak diketahui".
Qur'an banyak sekali menyebutkan kata "tarbiyah" dan tasrifnya dengan arti dan makna yang bervariasi sesuai dengan konteks yang ada. Diantara makna kata tarbiyah yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah:
1. Al-Hikmah, al-'Ilmu dan al-Ta'lim, yaitu yang berarti kebijaksanaan dan keseimbangan, ilmu pengetahuan dan pengajaran. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam ali imron ayat 79:
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ (79)
"Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya".
Sahabat Ibnu Abbas seperti yang dikutib Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa kata rabbaniyyin itu artinya seorang yang bijaksana, mempunyai ilmu pengetahuan dan bersifat santun. Imam Zamahsyari menambahkan bahwa arti kata rabbaniy adalah orang yang mengerti('Alim) dan paham(Faqih), dia juga sangat berpegang kepada agama Allah dan senantiasa mengimplementasikan nilai-nilai agama Allah dalam kehidupan sehari-hari. Rabbaniy juga berarti orang yang mengajarkan kepada orang lain nilai-nilai kebaikan dari hal-hal yang mereka pelajari dan dari hal-hal yang mereka ajarkan.
2. Al-Ri'ayah, yaitu berarti memelihara dan membantu. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-Israa':24:
"Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil"(Al-Isra': 24).
Baidhawiy dalam kitab tafsirnya menjelaskana bahwa kata rabbayaniy mengandung arti menyayangi dan memelihara. Ayat ini berisi perintah kepada manusia untuk menghormati dan memulyakan kedua orangtuanya karena, mereka berdua telah menyayangi dan memelihara mereka di saat manusia masih kecil yang semua keperluanya bergantung kepada kedua orangtuanya.
"Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu"
Ayat di atas adalah dialog antara Fir'aun dan Musa. Fir'aun mengungkapkan kepada Musa semua jasa-jasa yang pernah diberikan kepada Musa. al-Raaziy menjelaskan bahwa tafsir ayat ini adalah: Berkata Fir'aun kepada Musa: " Hai Musa bukankah aku yang telah membantu kamu dan memelihara kamu di rumahku, aku juga yang memberi keperluan kepada kamu dalam jangka waktu yang sangat lama". Maka kata "nurobbiy" dalam ayat ini mengandung arti al-Ri'ayah dan al-'Inayah yang berarti memelihara dan menolong.
c. Secara Terminologi
Berkaitan dengan makna tarbiyah dalam terminologi Islam Imam Baidhowi menjelaskan bahwa tarbiyah adalah:
تبليغ الشئ إلى كماله شيئا فشيئا
Yakni menyampaikan suatu materi kepada orang lain secara menyeluruh dengan cara setahap demi setahap. Sedangkan Imam al-Ashfahaniy dalam mendefinisikan makna tarbiyah adalah:
إنشاء الشيئ حالا فحالا إلى حد التمام
Yaitu membentuk sesuatu sedikit demi sedikit untuk tujuan tertentu sampai kepada batas kesempurnaan. Dari dua pernyataan Imam diatas, al-Dakhili menjelaskan pengertian tarbiyah Islamiyah dari sisi istilah adalah:
تنشئة الانسان شيئا فشيئا في جميع جوانبه وفق المنهج الاسلامي ابتغاءا سعادة الدارين
Yaitu membentuk dan mengembangkan potensi manusia sedikit demi sedikit dalam segala aspek sesuai dengan metode dan dasar Islam dalam mencapai kebahagian di dunia dan kebahagian di akherat.
Manusia الانسان)) dalam pengertian pendidikan di atas, adalah manusia secara umum, dan tidak menggunakan الانسان المسلم atau manusia yang beragama Islam, karena pendidikan Islam itu diproyeksikan untuk mendidik seorang muslim atas hal-hal sebagai konsekuensi keislamanya, serta untuk mendidik manusia selain muslim kepada nilai-nilai ajaran Islam yang bersifat rohmatan lil 'alamin dengan nasehat-nasehat kebaikan dan pendidikan keislaman.
Kata شيئا فشيئا)) atau yang berarti sedikit demi sedikit, menjadi indikator bahwa pendidikan Islam itu dibangun atas dasar tahapan demi tahapan dengan menyesuaikan tingkat berfikir seorang yang belajar dan menyesuaikan psikologi pembelajar.
Pernyataan (في جميع جوانبه) atau dalam segala aspek, artinya adalah bahwa pendidikan Islam itu memperhatikan segala aspek kemanusian, seperti: aspek keyalinan dan peribadatan, aspek moral, aspek social, aspek profesi dan aspek rasionalitas. Adapun kalimat ابتغاءا سعادة الدارين atau mencapai kebahagian pada dua tempat, adalah pendidikan itu ditujukan untuk mencapai kebahagian di dunia dengan mempelajari materi-materi yang dibutuhkan dalam menghantarkan kebahagian di dunia seperti pendidikan Ekonomi, pendidikan Ketrampilan dan pendidikan Teknlogi Informasi dan Komunikasi. Sedangkan pendidikan dalam mencapai kebahagian di akherat adalah dengan mempelajari materi-materi keagamaan yang menjelaskan hubungan manusia secara vertikal dan horizontal seperti Aqidah, Ibadah dan Muamalah. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat al-Qashash ayat 77:
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Al-Samarqandiy menjelaskan bahwa ayat ini berisi perintah Allah kepada manusia untuk selalu berupaya dan berusaha dengan berbagai amal yang menghantarkan mereka menuju suatu kebahagian abadi yaitu kebahagian di alam akherat yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Upaya mencapai kebahagian di akherat itu dengan cara memperoleh harta yang halal dan dan baik, kemudian harta tersebut di-tasharrufkan-kan dengan cara yang baik pula serta dijalan Allah, baik dengan zakat, infaq ataupun shadaqoh. Adapun hal lain yang tidak boleh dilupakan oleh manusia seperti yang dijelaskan dalam kandungan ayat diatas adalah mencapai bagian kebahagian di dunia dengan mengalokasikan harta yang dicapai oleh seseorang untuk kebutuhan yang bersifat duniawi untuk dirinya dan keluarganya, sehingga dalam konteks ayat ini seseorang dianggap tidak berlaku bijaksana manakala dia menghabiskan semua waktu, tenaga dan hartanya untuk kepentingan akherat, sementara ada tanggungan-tanggungan dunia yang harus dia tunaikan.
Secara terminologi ada beberapa pengertian modern tentang pendidikan Islam berikut ini:
1) Menurut Drs.H.Zuhairini dkk:
“Pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membim,bing ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat”
2) Menurut Departemen Pendidikan Nasional
“Pendidikan agama Islam adalah usaha untk membimbing ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utama kitab suci al Quran dan hadist, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.” Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
Dari pengertian Pendidikan Agama Islam di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha terencana untuk membimbing peserta didik agar menjadi manusia beragama dan menjalankan ajaran agama Islam dari sumber utamanya sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Sumber Pendidikan Islam
Pendidikan Islam memuat mater-materi yang terkumpul dalam kurikulum yang bersumber kepada hal-hal sebagai berikut:
a. Al-Qur'an
Al-Qur'an dalam konteks agama Islam secara struktur menempati tempat pertama sebagai sumber hukum dan perundangan. Qur'an dalam materi pendidikan Islam merupakan sumber dan referensi utama. Qur'an secara global berisi ilmu dan pengetahuan yang komprehensif dan holistic. Qur'an berisi ajakan untuk senantiasa berfikir dan mengembangkan potensi akal untuk mengekplorasi pengetahuan alam semesta. Allah berfirman:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka".
b. Sunnah atau Hadits Rasulullah
Sunnah merupakan sumber ilmu kedua setelah qur'an dalam materi pendidikan Islam. Sunnah diartikan oleh para ulama dengan segala hal yang disandarkan kepada nabi baik itu perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat. Sunnah Nabi yang shahih tidak akan bertentangan dengan al-Qur'an.
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"(Q.S Al-Najm:3-4).
c. Pemikiran dan Manhaj Salafus Shaleh
Salafus Shaleh adalah generasi Islam pertama yang mengikuti sunnah nabi dari generasi sahabat, tabi'in dan tabi'it tabi'in. Manhaj Salafus Shaleh adalah cara atau metodologi yang ditempuh oleh para Salafushaleh dalam memahami agama. Akhlaq, cara ibadah dan pemikiran mereka di ridhai oleh Allah sebagaimana firman Allah dalam surat al-taubah ayat 100:
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar".
Anjuran untuk mengikuti dan menerima pemikiran Salaf Shaleh berdasarkan hadits Rasul:
خير الناس قرني ثم الذين يلونهم ثم الذين يلونهم ثم يجيء أقوام تسبق شهادة أحدهم يمينه ويمينه شهادته
"Sebaik-baik manusia adalah pada masaku kemudian masa setelah mereka, kemudian setelah mereka, lalu akan datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang di antara mereka mendahului sumpahnya, dan sumpahnya itu adalah kesaksiannya" (Bukhari, 1987:2/938).
Diantara para Salafushaleh, ada yang menjadi pemimpin-pemimpin madzhab seperti Abu Hanifah, Imam Malik, imam Syafi'I dan Imam Ahmad. Mereka juga terdiri dari para mufassir seperti Imam Thabari, Ibnu Katsir, Baghawi dan Qurthubi. Imam-imam hadits dari mereka seperti: Imam Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah dan yang lainnya. Bahkan diantara merke tidak sedikit yang menjadi praktisi dan pengamat ahli dalam bidang pendidikan seperti: Imam Ja'far shadiq(148 H), Khalil al-Farahidiy(175 H), alJahidz(255 H), Ibnu Sahnun (202-256 H), Ibnu sina (370-428 H), Ibnu Hazm (384-456 H), al-Khathib al-Baghdadiy (392-463 H), al-Gazali 450-505 H), Ibnu al-Arabiy (543 H), Ibnu Rusyd al-Hafdz (520-597 H), Muhammad al-Dzahabi (673-748 H), Ibnu Khaldun (732-808 H), Muhammad bin Abdul Wahab (1115-1206 H), Muhammad Abduh (1266-1323 H), Muhammad Rasyid Ridha (1293-1354 H).
d. Pemikiran Umum yang Tidak Bertentangan dengan Al-Qur'an
Selain Qur'an, Sunnah dan Manhaj Salaf Shaleh sebegai referensi materi pendidikan, Islam memberi keluasan kepada kaum muslimin untuk mengekplorasi pemikiran-pemikiran umum dari siapa saja dan dimana saja dengan syarat tidak bertentangan kepada qur'an dan tidak mengajak kaum muslimin untuk menghilangkan keyakinan dan keimanannya kepada Allah. Pemikiran-pemikiran itu baik dari timur maupun barat, klasik maupun modern.
Rasul menganjurkan umatnya untuk senantiasa belajar bahasa dan budaya dari bangsa lain seperti yahudi atau yang lainnya agar bertambah wawasan. Beliau juga menganjurkan umatnya untuk belajar apa saja yang bermanfaat bagi kehidupan dan peradaban manusia.
اطلبوا العلم و لو بالصين فإن طلب العلم فريضة على كل مسلم
"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negri Cina, karena mencari ilmu adalah wajib bagi setiap muslim" (Baihaqiy, 1998:2/253).
Semua pemikiran dan ilmu di luar Islam yang secrara normatif dan empiris benar bisa dijadikan sumber dan materi yang bisa dipelajari oleh kaum muslimin, sebagaimana sabda Rasul:
الحكمة ضالة المؤمن حيثما وجدها فهو أحق بها
"Hikamh itu naungan orang beriman di manapun ia mendapatinya, maka ia pula yang berhak terhadapnya" (Ibnu Majah, 2007:2/1395)
Hadits di atas memberi pelajaran untuk senantiasa mengambil faedah dan manfaat dari ilmu, pengetahuan dan pengalaman dari siapa saja dan dimana saja.
Rasul juga bersabda yang berkaitan dengan sebaik-baik orang yang hidup berinterksi dengan masyarkat:
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya" (Bukhari, 1987:4/1919)
Menurut al-Ajmi bahwa sebaik-baik orang dalam konteks hadits ini tidak terbatas pada orang yang belajar qur'an saja, tetapi lebih luas lagi semua ilmu yang bermanfaat dan diajarkan orang lain, maka akan menjadikan pelakunya sebagai sebaik-baik orang, sebab orang yang paling baik adalah yang bermanfaat bagi orang lain, seperti ungkapan sebuah hikmah:

خير الناس أنفعهم للناس
" Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia lain"
Para khalifah dari daulah Abbasiah dalam upaya memperluas ilmu pengetahuan mereka banyak belajar dari orang Yunani dan menterjemahkan buku-buku mereka ke dalam bahasa Arab.

Ciri Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai ciri dan karakter yang sebagian ada pada pendidikan di luar Islam dan sebagian menjadi ciri khusus yang tidak dimiliki oleh pendidikan selain Islam. Beberapa ciri pendidikan Islam sebagaimana dijelaskan oleh Nihlawi:
a. Pendidikan Islam bersifat Rabbani. Rabbani secara bahasa berarti bersifat ke-Tuhanan. Pendidikan yang Rabbani artinya pendidikan yang dasar, tujuan dan konsepnya dalam rangka beribadah dan mengagungkan Tuhan dan tidak menyelisihi aturan-Nya.
b. Pendidikan Islam berisi muatan yang sesuai dengan fitrah manusia.
c. Pendidikan Islam mencakup segala aspek kehidupan secara seimbang.
d. Pendidikan Islam berupaya mengoptimalkan segala potensi baik yang dimiliki.
e. Materi pendidikan Islam bersifat Universal.
f. Akhlaq dan Agama merupakan tujuan utama. Hal ini artinya segala yang diajarkan dan diamalkan harus berdasarkan pada Al-Qur'an dan Sunnah serta ijtihad para Ulama.
Wallahu a'lam.
(Miqdad al-Mijeny)


0 comments:

Template by : Kendhin x-template.blogspot.com